Kamis, 12 April 2012

pembangunan pertanian

PEMBANGUNAN   PERTANIAN

I. Syarat-Syarat  Pembangunan  Pertanian
    Suatu pembangunan pertanian memerlukan beberapa syarat dan prakondisi yang berbeda-beda untuk setiap negara ataupun daerah-daerah yang berbeda-beda.  Mosher (1983) mengajukan syarat pokok dan faktor pelancar di dalam pembangunan pertanian.
Ada 5 syarat pokok yaitu :
a.    Adanya pasar untuk hasil usahatani
b.    Teknologi yang senantiasa berkembang
c.    Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal
d.    Adanya perangsang produksi bagi petani
e.    Pengangkutan /transportasi

a.  Adanya Pasar untuk Hasil Usahatani
    Pertanian komersial adalah pertanian yang menjual hasil-hasilnya di pasar, sedangkan pertanian subsisten adalah pertanian yang ditujukan untuk memproduksi untuk dikonsumsi sendiri.  Pertanian modern adalah pertanian komersil, oleh sebab itu dibutuhkan pasar untuk tempat menjual hasilnya.
Ada 3 hal yang diperlukan dalam pasar  yaitu :
1. Adanya  konsumen  yang  mau  membeli  hasil, atau adanya suatu permintaan terhadap
    hasil tersebut.
2. Adanya  seseorang atau lembaga yang menyalurkan/membawa hasil dari tempat 
     petani  (usahatani)  ke  tempat  konsumen.    Dengan     perkataan lain   adanya   suatu  
     system pemasaran atau sistem tataniaga.
3. Kepercayaan petani terhadap kelancaran dan keberlanjutan sistem pemasaran.
    Permintaan terhadap suatu komoditi berasal dari pasar domestic dan pasar internasional.  Besarnya permintaan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :
-    Sifat komoditi, apakah banyak dibutuhkan atau sedikit oleh satu orang konsumen.  Gandum dan beras misalnya cukup banyak dibutuhkan disbanding kopi dan teh.
-    Apakah ada barang-barang substitusi dekat dari komoditi tersebut.
-    Untuk apa saja barang itu digunakan.  Minyak kelapa sawit banyak penggunanya, sedang kopi hanya untuk minuman.
-    Berapa jumlah penduduk yang menggunakannya
-    Bagaimana daya beli penduduk yang menggunakannya.  Udang dan kakao misalnya yang dijual ke negara-negara maju mempunyai daya beli yang kuat.
Dalam  hal  sistem    pemasaran,    maka   adanya   lembaga pemasaran yang berkembang
akan membantu kelancaran dan keberlanjutan sistem pemasaran.  Lembaga pemasaran mempunyai banyak fungsi tataniaga seperti : pembelian, angkutan, pengolahan, sortasi, grading, penggudangan, paking dan penjualan.  Apabila fungsi-fungsi tataniaga berjalan efisien, maka biaya tataniaga menjadi rendah, sehingga harga jual dapat cukup rendah.  Harga jual yang rendah akan meningkatkan : permintaan dan daya saing dalam perdagangan.
    Peranan pemerintah dalam pengembangan lembaga-lembaga pemasaran adalah penting, seperti pembuatan peraturan, pemberian fasilitas-fasilitas, pengadaan informasi dan pelatihan tenaga-tenaga pemasaran.
    Petani mempercayai lembaga pemasaran apabila terdapat hal-hal berikut :
-    Biaya fungsi pemasaran cukup rendah
-    Balas jasa (profit) lembaga pemasaran dianggap cukup wajar, seimbang dan adil dengan harga yang diterima petani.  Struktur pasar monopoli, misalnya akan merugikan petani karena menekan harga beli dari petani dan mengambil laba besar.
-    Derajat fluktuasi harga cukup wajar dan dapat diramalkan.  Semakin stabil harga, system pemasaran semakin dipercayai petani.
-    Ukuran-ukuran timbangan yang jujur
-    Sistem pembayaran yang baik
-     Jaminan kepastian pembelian oleh lembaga-lembaga pemasaran

b.  Teknologi yang Senantiasa Berkembang
    Teknologi adalah metode atau cara-cara budidaya pertanian dan input-input yang digunakan seperti : bibit/benih, pupuk, pestisida, pakan ternak, alat-alat dan mesin pertanian.  Termasuk juga dalam teknologi pertanian metode-metode kombinasi usaha, seperti kombinasi tanaman dan ternak atau kombinasi tanaman-ternak-ikan, agar pemanfaatan lahan dan tenaga kerja sebaik mungkin (optimal).
    Setelah suatu teknologi digunakan akan ditemukan kemudian faktor-faktor pembatas, untuk mengatasi faktor-faktor pembatas ini dibutuhkan kemudian teknologi baru. Dengan demikian teknologi harus terus menerus dikembangkan untuk mengatasi faktor pembatas yang muncul.  Apabila perbaikan teknologi berhenti maka peningkatan produktivitas atau sumber-sumber pertumbuhan akan menjadi nol atau berhenti.  Itulah sebabnya untuk memperoleh sumber-sumber pertumbuhan baru dibutuhkan pengembangan teknologi yang terus menerus.
    Sumber-sumber pengembangan teknologi baru adalah :
1.    Teknologi yang telah dikembangkan petani-petani lain.
2.    Teknologi yang telah dikembangkan di daerah lain.
3.    Hasil-hasil penelitian yang terarah.
Penelitian dilakukan oleh balai-balai penelitian atau pusat-pusat penelitian dan Lembaga Penelitian Universitas.  Pada lembaga-lembaga ini terdapat para peneliti dan direktur penelitian yang mengarahkan penelitian dan memberikan persetujuan terhadap penggunaan dana penelitian.  Jadi hasil-hasil penelitian ditentukan oleh 3 faktor, yaitu : (i) mutu kompetensi dan dedikasi para peneliti (ii) ketersediaan dana penelitian dan (iii) arah penelitian dan pengelolaan penelitian.  Baiknya ketiga faktor ditentukan oleh berbagai faktor terutama Pemerintah dan pendapatan pemerinyah yang berasal dari pajak.  Sedangkan baiknya pemerintahan, pemungutan pajak dan alokasi penggunaan pajak ditentukan oleh sistem politik, undang-undang dasar dan undang-undang dan jalan tidaknya system demokrasi.
    Negara-negara maju yang mempunyai pendapatan Negara yang cukup besar dan sistem pemerintahan yang telah baik, dan yang umumnya juga menerapkan Sistem Demokrasi akan menghasilkan hasil-hasil penelitian yang lebih banyak dan lebih bermutu.  Jadi negara-negara berkembang, yang justru masih banyak ketinggalan dalam teknologi pertanian, lebih sedikit kemampuannya dalam pengembangan teknologi pertanian.  Hal ini dapat menyebabkan gap teknologi antara Negara maju dan Negara berkembang bisa semakin  besar.

c. Tersedianya Sarana Produksi dan Peralatan Secara Lokal
    Meskipun teknologi yang sesuai  sudah ada dan hasil teknologi berupa input produksi atau bahan-bahan produksi telah diproduksi/dihasilkan tetapi bila petani belum dapat membelinya di lokasi usahataninya, maka petani belum menggunakan input-input atau bahan baru tersebut.  Itulah sebabnya bahwa input-input yang diimport dan input yang diproduksi di dalam negara tetapi belum lancar distribusinya atau pemasarannya, maka petani belum menggunakan input-input yang kurang bagus, hanya karena tersedia secara lokal pada waktu dibutuhkan, seperti : bibit/benih yang diproduksi secara lokal.
    Input-input bahan-bahan produksi dibeli petani apabila memenuhi syarat-syarat :
1.    Secara teknis dapat digunakan dengan efektif.
2.    Mutunya dapat dipercaya.
3.    Harganya terjangkau petani.
4.    Harus tersedia secara lokal pada waktu dibutuhkan.
5.    Paking atau ukuran yang dijual sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani.
Petani jarang mau membeli input atau bahan baru yang belum pernah dicobanya atau
dilihatnya dicoba orang lain.  Oleh sebab itu percobaan penggunaan input atau bahan perlu dilakukan dan hasilnya telah dilihat oleh petani.  Permintaan petani tidak dapat dipastikan pada awal introduksi suatu input/bahan.  Oleh sebab itu ada kendala dalam pengadaan input secara local terhadap input-input atau bahan yang baru karena pedagang atau supplier belum selalu menyediakan input baru tersebut.  Dalam hal ini perlu bantuan pengadaannya yang belum didasarkan atas usaha komersial.  Misalnya : PPL atau mantri tani dapat menyediakan contoh-contoh input dan bahan yang dapat dibeli petani tanpa mengharapkan laba.  Apabila kelak sudah cukup banyak pembeli, maka pengadaan input-input atau bahan dapat diserahkan pada pengusaha yang menjualnya secara komersial.

d.  Adanya Perangsang Produksi bagi Petani
    Meskipun petani bisa menaikkan produksinya, tetapi kemauan/kesediaan petani untuk menaikkan produksi tergantung pada manfaat yang akan diterimanya dari kenaikan produksi itu.  Tujuan petani dalam memproduksi hasil pertanian adalah memenuhi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kemudian kebutuhan-kebutuhan lain seperti : pendidikan, kesehatan, angkutan dan kegiatan sosial.  Juga petani harus membayar sewa atau bagi hasil dari hasil yang diperolehnya.  Apabila petani dapat meningkatkan hasil produksi lebih tinggi, maka petani juga menginginkan membeli barang-barang yang diinginkannya, seperti : radio, tv dan kendaraan.  Juga mungkin dia ingin rekreasi atau bepergian ke tempat lain.
    Semua kebutuhan-kebutuhan dan keinginan itulah yang ingin dipenuhi petani dari kenaikan hasil yang diperolehnya yang dapat meningkatkan pendapatan bersihnya.  Peningkatan pendapatan bersih atau laba usahatani adalah merupakan perangsang bagi peningkatan produksi.  Hal ini tercapai apabila :
a)    Adanya hubungan  harga yang menguntungkan, yaitu antara harga penjualan produksi dan harga-harga input produksi.
b)    Ada sistem pembagian hasil atau system sewa yang wajar dalam hal sistem bagi hasil (penyakapan) dan sistem sewa.  Dan agar petani dapat memenuhi keinginan untuk membeli barang-barang dan jasa tertentu yang diinginkannya maka perlu juga dipenuhi syarat.
c)    Ada tersedia barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan petani.
d)    Harga barang-barang dan jasa-jasa yang ingin dibeli petani juga dianggap wajar/seimbang.
Untuk mendorong petani mempunyai keinginan membeli barang-barang dan jasa-jasa
 lain diperlukan juga beberapa kegiatan terhadap keluarga petani, yaitu :
1.    Melaksanakan penyuluhan-penyuluhan kepada istri-istri petani tentang pendidikan Rumah Tangga dan membuat kehidupan yang lebih baik (home education)
2.    Memperkenalkan barang-barang dan jasa-jasa yang dapat memperbaiki kehidupan dan memberi kesenangan dalam kehidupan keluarga petani.  Misalnya : memperkenalkan radio, tv, alat masak listrik, mesin  jahit dan lain-lain.
Perangsang  produksi  dapat  juga  berup a penghargaan  kepada  petani, seperti petani
teladan, kelompok tani teladan, pemenag lomba pemelihara ternak sapi, pemenag lomba penanaman padi dan lain-lain.  Semua manusia, termasuk petani menginginkan dan memerlukan penghargaan;  namun perangsang ekonomi, yaitu peningkatan pendapatan bersih yang dapat dimanfaatkan adalah yang terpenting.

e. Pengangkutan /Transportasi
    Sebagai akibat dari sifat pertanian yang harus tersebar luas diseluruh muka bumi, maka diperlukan pengangkutan yang sangat banyak untuk (i) mengangkut input-input pertanian dari pasar ke usahatani dan (ii) mengangkut hasil-hasil pertanian dari usahatani ke pasar lokal dan seterusnya dari pasar lokal ke tempat konsumen, baik di dalam negeri atau di luar negeri.
    Pengangkutan bisa panjang sekali dilakukan dalam beberapa tahapan, misalnya dari pasar local ke pelabuhan, kemudian dari pelabuhan eksport ke pelabuhan import dan dari pelabuhan import ke kota besar tempat distributor dan dari kota tempat distributor ke kota-kota lebih kecil tempat pengecer dan konsumen.
    Biaya pengangkutan sangat penting bagi petani dan menentukan biaya produksi dan nilai penerimaannya.  Biaya produksi bagi pupuk (mis Rp x) + biaya angkut (mis Rp y) = Rp x + y.  Sedang ongkos angkut hasil dari usahatani ke pasar local adalah mengurangi penerimaan petani dari harga jual, misalnya penerimaan dari penjualan (Rp M) harus dikurangi biaya angkutan (Rp N) = Rp M-N.  Dengan demikian biaya angkutan sangat mempengaruhi pendapatan bersih petani.
    Besarnya biaya angkutan ditentukan berbagai faktor yaitu :
1.    Jenis komoditi yang diangkut dan perlakuan yang diperlukan
2.    Jenis alat angkutan, berapa ton satu kali angkut
3.    Jarak tempuh dari angkutan
4.    Berapa kali barang di bongkar dan dimuat
5.    Keadaan prasarana jalan
Jenis  komoditi yang diangkut menentukan perlakuan dalam paking, banyaknya dapat
 satu kali angkut dan jenis angkutan yang sesuai.  Ada komoditi yang harus  dilindungi agar tidak rusak dan pecah, misalnya telor dan buah-buahan.  Hal ini menyebabkan kenaikan biaya angkutan dibanding komoditi yang tidak memerlukan perlakuan khusus seperti padi dan jagung.
    Jenis alat angkutan menentukan volume sekali angkut dan kecepatan angkutannya. Kendaraan jenis pick-up hanya mengangkut rata-rata 1 ton, truk colt diesel 5-7 ton, truk Fuso 10-12 ton dan truk Tronton dan Container 20-30 ton.  Semakin besar volume angkutannya menyebabkan biaya angkutan per kg semakin rendah.
    Jarak tempuh dari angkutan juga menentukan biaya angkutan apalagi kalau keadaan jalan tidak  baik.  Namun jarak angkutan tidak selalu berbanding lurus dengan biaya angkutan, pada umumnya semakin menurun per km nya, semakin jauh jarak angkutan.
    Jumlah barang dibongkar muat seperti di pasar, di gudang pedagang, di pabrik, di pelabuhan eksport, di pelabuhan import dan di gudang distributor dan gudang pengecer akan menaikkan biaya angkutan, termasuk akibat kerusakan barang.
    Keadaan prasarana jalan, seperti jalan-jalan desa yang kurang baik dan jalan rusak akan mempengaruhi jenis alat angkutan dan kerusakan alat angkutan dan waktu tempuh sehingga menaikkan tarif angkutan.
    Seperti diketahui jumlah volume angkutan yang dibutuhkan usahatani/perusahaan pertanian adalah sangat  besar, misalnya satu ha tanaman padi sawah yang ditanami 2x dalam 1 tahun akan membutuhkan angkutan pupuk 2 x 500 kg = 1 ton, dan angkutan gabah 2 x 8 ton = 16 ton atau total 17 ton per ha.  Jika ada satu desa atau satu hamparan sawah dengan luas 1000 ha, maka dibutuhkan angkutan 17.000 ton dari dan ke pasar lokal/gilingan padi dari usahatani.
    Komoditi jagung yang luas areal tanamnya 1000 ha akan membutuhkan angkutan pupuk (2 x tanam) 2 x 500 kg se ha x 1000 ha = 1000 ton dan angkutan hasil dari usahatani ke pasar lokal/penggilingan jagung/pabrik pakan ternak = 2 x 10 ton x 1000 ha = 20.000ton,  sehingga total angkutan = 21.000 ton.  Sedang komoditi kelapa sawit dengan luas areal 1000 ha, dengan produksi TBS rata-rata 20 ton/ha akan membutuhkan angkutan pupuk 1000 x 1 ton = 1000 ton, hasil TBS = 1000 x 20 ton = 20.000 ton.
    Dari contoh-contoh di atas dapat terlihat betapa banyaknya angkutan yang dibutuhkan oleh usaha-usaha pertanian.  Tanpa adanya prasarana angkutan dan alat-alat angkutan yang memadai maka pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana.




    Kebutuhan untuk angkutan terdiri dari :
1.    Pembangunan prasarana yaitu : jalan, jembatan, pelabuhan, kereta api dan pelabuhan udara.
2.    Pembangunan alat-alat angkutan seperti : pick-up, truk, container, kapal, kereta api dan pesawat terbang.
Pembangunan   prasarana    di    pedesaan   yang  meliputi  jalan-jalan usahatani ke pasar,
jalan antar pasar atau antar kota kecil, dan jalan dari kota kecil ke kota lebih besar (kota distrik/kabupaten) adalah cukup banyak membutuhkan biaya investasi.  Selanjutnya pembangunan prasarana kereta api antar kota kabupaten, dari kota kabupaten ke kota propinsi lain, pembangunan pelabuhan dan lapangan udara untuk angkutan kapal dan kapal terbang ke luar negeri atau antar pulau dan antar propinsi adalah juga sangat besar.  Hal ini semuanya membutuhkan biaya besar dan waktu yang cukup lama untuk pembangunannya.  Sesuai dengan kondisi wilayah pertanian maka perlu dipilih sistem angkutan yang sesuai yang dapat meningkatkan daya saing.  Misalnya dapat dipilih angkutan kapal laut dengan system kontainer, termasuk kontainer yang pakai pendingin, juga dapat dipilih angkutan pesawat terbang kargo yang lebih mahal tetapi cepat sampai di tempat tujuan. 

    Disamping syarat pokok tadi ada 5 (lima) syarat pelancar yaitu :
1.    Pendidikan pembangunan pertanian, yaitu pendidikan yang cocok untuk masyarakat yang ingin maju.
2.    Kredit produksi.
3.    Kegiatan bersama (gotong royong) para petani.
4.    Perbaikan dan perluasan lahan pertanian.
5.    Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian.

1. Pendidikan Pembangunan Pertanian
    Peningkatan pengetahuan dan ketrampilam petani secara terus menerus adalah syarat mutlak pembangunan pertanian.  Untuk dapat menerapkan teknologi baru diperlukan tambahan pengetahuan dan ketrampilan petani.  Namun tanpa pendidikan khusus, hal ini bisa juga dilakukan petani, misalnya belajar dari petani tetangga atau belajar dari petani di tempat lain apabila ada angkutan yang lancer ke tempat lain.
    Pendidikan formal dapat mempercepat proses belajar dari petani, pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan pembangunan yaitu pendidikan yang sesuai untuk masyarakat yang ingin maju.  Pendidikan ini bersifat selektip dalam memilih bahan-bahan yang dipelajari, membuat tiap generasi baru mengenal masa lampau, dan selektip dalam memilih pengetahuan, kemapuan dan ketrampilan baru kepada tiap orang yang terlibat dalam pembangunan pertanian.  Pendidikan ini mengambil manfaat dari pengalaman masa lampau dan masyarakat lain yang dapat membantu masyarakat petani bergerak maju.
    Pendidikan pembangunan adalah pendidikan bagi semua umur, sehingga masyarakat siap untuk melakukan perubahan-perubahan yang berbeda dari perilaku anggota-anggota masyarakat yang lebih tua.
    Apabila hanya kaum muda yang mempelajari pendidikan pembangunan, mereka akan mengalami perlawanan dari wewenang dan wibawa orang-orang yang lebih tua.  Alasan lain bagi perlunya pendidikan pembangunan bagi semua umur adalah bahwa kemampuan teknis dari pejabat-pejabat yang telah tua (yang berumur 40-50 tahun) sudah sangat berbeda dengan apa yang dipelajari dan diketahui generasi muda (yang berumur 20-30 tahun).  Oleh sebab itu generasi tua perlu diberikan pengetahuan dan ketrampilan mengenai hal-hal baru yang lebih sesuai untuk pembangunan.
    Untuk mempercepat pembangunan pertanian dibutuhkan 4 macam pendidikan pembangunan, yaitu :
1.    Pendidikan dasar dan sekolah menengah
2.    Pendidikan petani untuk pembangunan
3.    Pelatihan petugas-petugas teknik pertanian
4.    Pendidikan rakyat/masyarakat kota mengenai pembangunan pertanian.
Pendidikan   dasar   dan   sekolah   menengah  untuk   anak-anak  dan  remaja   adalah
 bertujuan untuk (i) memberi dorongan untuk menjadi orang yang suka meneliti (ii) memberi kepercayaan kepada mereka bahwa mereka dapat menguasai pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berhasil dan (iii) memberi pengetahuan yang menggugah jiwanya mengenai dunia di dalam dan di luar lingkungan desanya.
    Dengan perkataan lain, pada tahap SD dan SMP, pendidikan pembangunan terdiri dari permulaan persiapan anak-anak untuk hidup berpikir secara ilmiah mengenai segala sesuatu yang mereka lakukan, penambahan pengetahuan baru, mengembangkan ketrampilan dan memecahkan masalah-masalah baru.  Adalah penting bahwa pendidikan dasar itu disediakan secepat mungkin bagi semua anak-anak pedesaan.  Semua anak harus belajar tentang pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan hewan, mereka perlu belajar tentang sendi-sendi perdagangan, mempelajari cara menghitung biaya dan penerimaan, arti penanaman modal dan pentingnya memelihara dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.  Juga mengenai hubungan antar pertanian dan industri di kota yang saling tergantung satu sama lain dan mengenai dasar-dasar metode-metode penelitian secara ilmiah.  Orang-orang muda  desa perlu didorong untuk menyadari kemungkinan-kemungkinan perubahan besar untuk membuat usahatani lebih produktif dan lebih modern dan betapa pentingnya pertanian bagi negara.  Teknik-teknik bertani belum penting diajarkan tetapi lebih penting diberi pengetahuan tentang syarat-syarat pembangunan pertanian.
    Mengenai program pendidikan pembangunan untuk petani, A.T. Mosher menyatakan harus memenuhi 8 syarat :
1.    Harus diberikan di tempat petani sendiri, di usahatani mereka dan di desa mereka.
2.    Harus bersifat khas yang sesuai dengan perhatian dan kebutuhan petani sekarang, antara lain bagaimana menaikkan produksi dan produktivitas, menaikkan selisih penerimaan dan biaya produksi.
3.    Harus memperhatikan bahwa petani adalah orang dewasa, harus menggunakan metode-metode khusus.
4.    Harus disesuaikan  dengan waktu-waktu petani tidak terlalu sibuk sehingga tidak mengganggu pekerjaan mereka.
5.    Hal-hal yang diajarkan adalah terutama cara-cara dan metode-metode baru dan metode yang telah diperbaiki/diubah.
Pengecualian-pengecualian dapat diberikan untuk petani-petani yang belum mendapat pendidikan formil dimana perlu diberikan kursus-kursus pendek tentang manajemen usahatani, ketrampilan pemasaran dan koperasi, ketrampilan menggunakan dan memelihara mesin-mesin pertanian dan lain-lain.
6.    Harus disertai dan pemberian kesempatan kepada petani untuk segera mencoba metoda-metoda baru yang diajarkan.
7.    Cara-cara baru atau yang diperbaiki harus sehat secara teknis.
8.    Para petani perlu didorong untuk melakukan percobaan.
Pendidikan pembangunan berdasarkan perinsip-prinsip di atas disebut “Pendidikan Penyuluhan”.  Metode mengajar meliputi diskusi selama kunjungan  ke usahatani dank e rumah, demonstrasi-demonstrasi lapangan dan penggunaan alat, pertemuan kelompok, kunjungan ke usahatani lain, mengikuti pameran dan pecan raya pertanian.
Bukanlah tugas penyuluh untuk menyampaikan semua hasil-hasil penelitian kepada petani.  Tetapi yang lebih penting menyadarkan petani tentang adanya alternatip-alternatip dan metoda-metoda lain untuk melakukan pekerjaan usahatani mereka.  Beberapa metoda dan alternatip sudah dipraktekkan dan beberapa metoda dapat diperoleh dari pusat-pusat penelitian.
Peranan petugas penyuluhan adalah “kawan yang memberi dorongan kepada petani” untuk mencoba salah satu atau beberapa metoda baru.  Orang-orang Afrika yang berbahasa Perancis menggunakan kata Animateur untuk petugas penyuluhan artinya orang yang memberi dorongan, semangat.  Di India penyuluh disebut Gaon Sathi artinya kawan penduduk desa.
Mengenai pelatihan petugas-petugas teknik pertanian, harus diberikan unsure-unsur kecakapan professional, sehingga mereka memiliki keahlian di bidang masing-masing.  Petugas-petugas teknik pertanian adalah meliputi penyuluh, administrasi, pedrencana, penyuluh spesialis, para pengajar/dosen di universitas, para konsultan di bidang pertanian dan para peneliti.  Mereka semua mempunyai peranan di dalam pendidikan pembangunan pertanian.  Unsur-unsur kecakapan professional (keahlian) yang pedrlu mereka peroleh adalah :
1.    Pengetahuan dan ketrampilan teknis yang khusus sesuai bidang tugas masing-masing
2.    Pengertian mengenai pertanian
3.    Pengertian mengenai sifat dan pentingnya Pembangunan Pertanian
4.    Pengertian mengenai manusia dan organisasi
5.    Kepercayaan yang realistis pada rakyat pedesaan
6.    Menghargai dan memahami spesialis-spesialis dalam bidang-bidang lain
7.    Efektivitas pribadi dalam bidang organisasi
8.    Peningkatan pengetahuan yang terus menerus dan melakukan percobaan-percobaan
Pelatihan-pelatihan bagi petugas-petugas teknik adalah meliputi :
1.    Latihan jabatan (induction training). Dilakukan pada awal mereka memulai pekerjaannya/menerima suatu jabatan.  Selain oleh badan yang mempekerjakan mereka juga dapat dilakukan badan-badan khusus.
2.    Latihan semasa kerja (in service training). Untuk memperkembangkan ketrampilan-ketrampilan baru dan meningkatkan keahlian khusus.
Agar petugas-petugas teknik pertanian bersungguh-sungguh melakukan pelatihan perlu diberi perangsang dan penghargaan atas kecakapan dan ketrampilan mereka yang meningkat.  Selain dalam bentuk kenaikan gaji juga dapat dikaitkan dengan kenaikan pangkat dan jabatan atau pemberian penghargaan lain.
    Pendidikan rakyat/masyarakat kota tentang Pembangunan Pertanian adalah bertujuan agar mereka mengerti kebutuhan-kebutuhan Pembangunan Pertanian dan mendukung berbagai kebijakan yang diperlukan untuk Pembangunan Pertanian.  Misalnya Pembangunan Pertanian memerlukan kenaikan harga hasil-hasil pertanian dan pedrlunya penetapan Harga Dasar bagi beberapa komoditi seperti beras/gabah dan gula, perlunya investasi untuk prasarana jalan dan irigasi di pedesaan, perlunya pengembangan industri yang menunjang pertanian seperti industri pupuk dan agroindustri.
    Metoda yang efektif untuk mendidik masyarakat kota mengenai Pembangunan Pertanian mungkin lebih sulit.  Antara lain dengan memasukkan materi-materi Pembangunan Pertanian dalam mata-mata pelajaran SMP seperti : Ekonomi, Sosiologi;  dan mengajarkan mata kuliah Ekonomi Pertanian dan Pembangunan pertanian di fakultas-fakultas yang relevan seperti fakultas Ekonomi, Sospol dan fakultas Hukum.  Selain itu perlu lebih banyak berita-berita di media massa (surat kabar, radio, TV, majalah) tentang Pembangunan Pertanian dan masalah-masalah pedesaan.
    Masyarakat kota, selain memberi opini terhadap pembangunan juga akan memberikan tekanan-tekanan politik yang sangat berpengaruh terhadap Pemerintah dan DPR.  Oleh sebab itu dukungan mereka terhadap pembangunan pertanian dibutuhkan melalui pengembangan opini dan pemberian dukungan politis dalam kebijakan-kebijakan yang sesuai untuk Pembangunan Pertanian.

2.  Kredit  Produksi
    Untuk memanfaatkan semua peluang-peluang yang terbuka dalam usahatani/ usaha pertanian maka diperlukan lebih banyak modal.  Modal dapat digunakan untuk modal kerja atau untuk investasi dalam bibit ternak dan bibit tanaman dan pemeliharaan tanaman keras (TBM).  Dengan adanya modal, maka pembangunan pertanian dapat dipercepat.  Untuk itu maka untuk memenuhi kekurangan modal petani, perlu diberikan kredit produksi kepada petani.
    Kelayakan dari penggunaan kredit produksi tergantung dari beberapa faktor, yaitu
1.    Berapa kenaikan hasil dalam penggunaan kredit produksi
2.    Berapa kenaikan penerimaan akibat penggunaan kredit.  Hal ini ditentukan kelayakan hasil dan harga jual
3.    Berapa bunga kredit pertahun atau perbulan
4.    Berapa biaya dalam pengurusan kredit
5.    Apa syarat-syarat peminjaman misalnya apa dibutuhkan agunan (collateral)
Kredit konsumsi harus benar-benar dibedakan dengan kredit produksi.  Kredit konsumsi tidak selalu jelas darimana membayarnya.  Sedang kredit produksi diharapkan dapat dibayar dari kenaikan hasil dan pendapatan bersih akibat penggunaan kredit.  Kredit konsumsi sebaiknya dihindarkan, kecuali benar-benar sangat diperlukan.
    Sumber-sumber kredit produksi yang dapat diperoleh petani ada  bermacam-macam :
1.    Kredit dalam bentuk bahan-bahan produksi dan input-input produksi.
Kredit ini sering diberikan oleh pedagang input produksi, supplier input/bahan, produsen input produksi atau pihak-pihak lain.  Dapat dibayar dengan uang tunai atau dengan hasil produksi.
2.    Kredit terpimpin (supervised credit)
Caranya dengan mengkombinasikan pemberian kredit dan bantuan teknis yang dilakukan oleh seorang ahli sebagai supervisor.  Supervisor membuat rencana kredit dan mensupervisi pelaksanaan penggunaan kredit.
Cara ini sering dilakukan oleh Bank yang menyewa tenaga supervisor.  Cara pembayarannya dapat bermacam-macam, dibayar tunai ditambah bunga atau dibayar dengan hasil produksi.
3.    Kredit perbankan tanpa supervisi
Kredit perbankan bisa diberikan tanpa supervise namun besarnya bunga dan agunan menjadi lebih penting.
4.    Kredit dari Koperasi Kredit (credit union)
Koperasi kredit adalah organisasi yang mengumpulkan tabungan dan kemudikan meminjamkan kepada anggota-anggotanya. Kerjasama antar koperasi kredit membuat dana yang kurang dan lebih disatu CU dapat dikerjasamakan dengan CU lain.
5.    Kredit Ventura
Perusahaan-perusahaan pemberi kredit bekerjasama dalam manajemen perusahaan dan pembagian hasil.  Kalau sudah tidak dibutuhkan lagi mitra perusahaan modal ventura menarik diri setelah modalnya dibayar semua.
6.    Kredit Perseorangan swasta
Kredit ini sering sangat fleksibel dan prosedurnya sederhana. Bisa dibayar dengan uang (ditambah bunga) atau dengan hasil.  Bisa dengan angsuran atau tanpa angsuran.  Biasanya pemberi kredit sangat mengenal penerima kredit sehingga dia menyesuaikan besar kredit dan syarat-syarat kredit (seperti bunga kredit) menurut besarnya resiko dan kemampuan membayar.
7.    Kredit dari Perusahaan Inti
Bentuk kemitraan dari Perusahaan Inti Plasma pada umunya disertai pemberian  kredit dalam paket kerjasamanya.  Misalnya perusahaan inti memberi kredit dalam bentuk input-input produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dan lain-lain.  Kemudian dilakukan penyuluhan dan pembimbingan dalam berbagai aspek oleh perusahaan inti sedang kredit dibayar dengan hasil produksi seperti TBS (kelapa sawit), telor ayam untuk unggas atau udang untuk tambak udang.
Agar petani tidak dirugikan dalam pemberian kredit, sebaiknya ada beberapa pilihan sebagai sumber kredit.  Agar resiko peminjaman dapat diperkecil, sebaiknya dilakukan penelitian kelayakan pemberian kredit yang meliputi :
1.    Menaksir besarnya kenaikan hasil atau hasil yang diperoleh
2.    Menaksir harga pasar pada waktu panen
3.    Menaksir biaya kredit
4.    Resiko-resiko yang mungkin dihadapi dalam peminjaman
5.    Syarat-syarat kredit seperti agunan, pencicilan, kesulitan dalam memperoleh kredit
6.    Waktu peminjaman
7.    Sanksi kalau gagal melunasi pinjaman
Pemberi kredit dalam pemberian kredit selalu mempertimbangkan juga berbagai masalah dan resiko dalam pemberian kredit.  Oleh sebab itu pemberi kredit tidak sama syarat-syaratnya dan kemudahan serta jumlah yang dapat dipinjamkan.
Beberapa faktor dan masalah pemberi kredit adalah :
1.    Biaya administrasi pemberian kredit dan penagihan kredit-kredit dalam jumlah kecil-kecil dan tersebar jauh, semakin besar biayanya.
2.    Jangka waktu peminjaman yang tepat dan mampu diberikan
3.    Cara pembayaran, apakah dengan hasil panen atau dengan uang
4.    Cara-cara dan kemampuan supervise dan pengawasan
5.    Kemampuan memaksa pembayaran kredit dalam hal peminjaman mempersulit pembayaran dan pelunasan.  Terkait dalam hal ini biaya untuk memaksa pembayaran.
6.    Penaksiran perhitungan biaya dan penerimaan peminjaman akibat penggunaan kredit.
Seringkali  beberapa  masalah  dan  penghambat dalam pemberian kredit perlu diatasi.
Misalnya mengatasi masalah agunan dilakukan dengan pendirian lembaga penjamin kredit atau bekerjasama dengan Perusahaan Inti dan Pemerintah yang kemudian bertindak sebagai penyalur kredit dan penjamin kredit (avails).  Sedangkan untuk mengurangi kegagalan penggunaan kredit juga sering dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga yang dapat bertindak sebagai supervisor, konsultan atau mitra dalam manajemen dan pemasaran hasil.



3.  Kegiatan  Bersama  Para  Petani  (Group Action)
    Kegiatan usahatani sebagian dilaksanakan oleh masing-masing petani secara individu, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaannya.  Dipihak lain kegiatan-kegiatan pemerintah sangat mempengaruhi hasil dari usahatani.  Antara kedua kegiatan ini ada kebutuhan petani, untuk melaksanakan kegiatan bersama antara sesama petani.  Kebutuhan ini didasarkan atas sifat-sifat pertanian, seperti ketergantungan pada iklim, pentingnya keamanan, perlunya mengatasi bencana alam dan untuk menghadapi pasar.
    Kebutuhan-kebutuhan kerjasama dapat dilaksanakan dalam bentuk gotong royong atau organisasi petani seperti koperasi dan Persatuan Petani Sejenis.  Gotong royong banyak di dasarkan atas budaya tradisional dimana kewajiban dan cara-cara pelaksanaannya tidak begitu formil.
Beberapa kebutuhan dan bentuk-bentuk kerjasama yang dilakukan petani adalah :
1).    Membangun fasilitas-fasilitas kebutuhan petani dan penduduk desa.
-    Pembangunan jalan, irigasi, drainase, bendungan dan benteng-benteng penahan longsor dan banjir
-    Pembangunan pompa air atau sumur, kamar mandi umum, sekolah, mesjid, gereja, balai pertemuan desa.
Selain memberikan tenaga secara gotong royong, sering diadakan pungutan untuk membeli bahan-bahan.  Kegiatan ini banyak dilakukan melalui koordinasi LKMD.
2).    Pemberantasan dan pencegahan hama-hama dan penyakit tanaman
-    Pemberantasan hama tikus, belalang, serangga, babi hutan
-    Mencegah dan menjaga pengrusakan oleh gajah dan ancaman binatang buas (harimau, singa)
3).    Membentuk  Kelompok  Tani
Kelompok tani dibentuk pemerintah, dijadikan wadah penyuluhan, diskusi dan kerjasama petani sehamparan, misalnya menetapkan waktu tanam, memelihara irigasi.
      4).    Membentuk  Koperasi  Formil
Kerjasama dalam pengadaan input-input produksi, pemasaran hasil, pengkreditan, pengolahan hasil umumnya dilakukan dengan membentuk koperasi formil seperti KUD atau koperasi Agribisnis (misalnya koperasi petani kelapa sawit, koperasi petani karet) dan Credit Union.  Koperasi ini menjadi objek pembinaan pemerintah karena dianggap memperkuat posisi petani.
      5).    Pembentukan Perhimpunan Petani Sejenis
Juga mirip dengan organisasi koperasi formil.  Perbedaannya mereka lebih fokus pada satu komoditi dan kegiatan mereka banyak dikaitkan dengan pengembangan Sistem Agribisnis.  Contohnya perhimpunan peternak unggas, perhimpunan peternak sapi perah, perhimpunan petani tambak udang

      6).    Organisasi yang terkait dengan politik
Kekuatan politik petani juga dibutuhkan untuk memberikan tekanan politik pada pemerintah agar membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mendukung petani.  Kekuatan politik disalurkan melalui partai dan perwakilan di DPR.  Juga dapat disalurkan melalui KADIN atau Asosiasi Petani.  Untuk ini dibentuk organisasi-organisasi petani yang bertujuan menghimpun kekuatan politikn atau menggalang suara dalam pemilu, seperti HKTI, HNSI.
      7).    Organisasi Pemerintahan Desa Otonom
Diberbagai tempat di dunia ini ada juga pemberian otonomi pemerintahan desa sehingga pemerintahan desa dapat mengatur sendiri pajak-pajak atau pungutan-pungutan yang mereka gunakan untuk pembangunan pertanian dan pedesaan.  Pembentukan LKMD dan LMD di Indonesia ada juga sifat otonomi pemerintahannya dimana pungutan-pungutan untuk pembangunan dan pemerintahan desa ditentukan kedua lembaga ini.
        Karena pentingnya kegiatan bersama petani, maka pemerintah mendorong dan membina kegiatan dan organisasi kegiatan bersama petani.  Beberapa bantuan dan pembinaan pemerintah adalah :
1.    Membantu pengorganisasian petani
2.    Memberi bantuan teknis dan manajemen
3.    Memberi bantuan keuangan

4.    Menyediakan bahan-bahan khusus seperti dalam pembangunan jalan dan pemberantasan hama penyakit
5.    Memberi penghargaan

4. Perbaikan  dan  Perluasan  Tanah/Lahan  Pertanian
    Salah satu cara untuk memperoleh pertumbuhan produksi pertanian adalah melalui perluasan tanah/lahan pertanian.  Dalam rangka perluasan lahan pertanian juga diperlukan perbaikan lahan pertanian.  Tetapi perbaikan lahan pertanian juga bertujuan untuk (i) peningkatan produktivitas lahan, dan (ii) pencegahan kerusakan lahan, seperti erosi.
    Lahan-lahan pertanian yang telah diusahakan perlu ditingkatkan produktivitasnya untuk memperoleh pertumbuhan pertanian dan meningkatkan pendapatan petani.  Oleh sebab itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk memperbaiki mutulahan-lahan pertanian.  Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah :
(i)  Membangun irigasi seperti di lahan sawah dan membangun system irigasi untuk
 tanaman-tanaman bukan padi, seperti hortikultura sayuran dan bunga-bungaan (irigasi sprinkle dan membangun sumur-sumur air, pompanisasi dan lain-lain.
(ii) Membangun   saluran   drainase   seperi   di lahan rawa-rawa, lahan gambut  dan
      tanah pasang surut.  Tanaman  perkebunan  dan  tanaman  kedele  serta berbagai 
      tanaman buah-buahan memerlukan drainase yang baik, oleh sebab itu perlu
      dibangun bersama-sama untuk suatu hamparan yang cukup luas.
(iii) Membangun  teras-teras  di  daerah  berbukit-buki t untuk  mencegah  erosi  dan
       mengkonservasi lahan.
         (iv) Membangun  benteng-benteng untuk mencegah tanah longsor
 (v) Membantu   benteng-benteng    pencegahan/penahan    banjir  dan  sungai  yang
       meluap.
    Pekerjaan-pekerjaan di atas pada umumnya memerlukan kerja sama dari banyak petani sehingga dapat dilakukan di suatu daerah atau hamparan yang luas.  Kalau hanya di lahan beberapa petani maka hasilnya tidak baik, bahkan masalah belum terpecahkan.  Untuk itu perlu kerjasama dari petani di suatu hamparan/wilayah yang luas.  Dan untuk membiayai pembangunan-pembangunan yang mahal seperti membuat bendungan dan tali air primer dan sekunder perlu dibantun pemerintah.  Dalam pembangunan ini juga perlu perencanaan yang baik, dan seringkali juga digabungkan dengan pembangunan jalan dan kegiatan lain seperti penyuluhan dan pembentukan organisasi petani.
    Perluasan lahan pertanian dilakukan selama masih ada cadangan lahan di suatu negara. Perluasan dilakukan sekaligus untuk memberikan lapangan kerja dan sumber pertumbuhan ekonomi, seperti program transmigrasi, perluasan perkebunan dengan program PIRBUN atau pencetakan sawah-sawah baru dan pembangunan irigasinya. Lahan-lahan yang kurang baik juga sering direklamasi dan dikembangkan seperti lahan-lahan gambut (menjadi lahan kebun), daerah pasang surut menjadi lahan sawah, bahkan gurun pasir menjadi lahan hortikultura.
    Dalam perluasan lahan pertanian perlu sekali dipertimbangkan biaya investasi dan kelayakannya, karena biaya investasinya umumnya besar.  Dalam hal ini lokasi, waktu melaksanakan proyek dan apa komoditi yang akan diusahakan menjadi faktor-faktor penentu kelayakan.  Karena lahan terbatas di dunia ini, semakin lama semua lahan semakin mahal dan harga hasil-hasil pertanian semakin mahal.  Dengan demikian ada lahan yang menjadi tidak layak untuk pertanian tetapi ada lahan lain yang menjadi layak.
    Akibat pengembangan teknologi seperti bioteknologi, hydroponik dan aeroponik, banyak lahan-lahan atau ruang yang tadinya tidak layak menjadi layak digunakan untuk lahan pertanian.  Contohnya gurun pasir, lahan berbatu, lahan berbukit, lahan tandus atau sungai-sungai dan rawa-rawa.

5.  Perencanaan Nasional Untuk Pembangunan Pertanian
    Tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban pemerintah dalam pembangunan pedrtanian harus direncanakan dengan baik.  Untuk itu harus dilakukan perencanaan nasional untuk mendapat masukan dan menjadi acuan dalam perencanaan daerah (perencanaan tingkat Propinsi dan Kabupaten).





    Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan nasional adalah :
1.    Perencanaan pembangunan prasarana (jalan, irigasi, listrik, pelabuhan, dan lain-lain)
2.    Kebijakan-kebijakan seperti perencanaan tata ruang, peraturan pertanahan, perdagangan, perpajakan, fiscal, moneter, pengadaan barang pemerintah dan lain-lain.
Dalam perencanaan diputuskan apa-apa yang harus dilakukan pemerintah untuk membangun dan mempercepat pembangunan pertanian.  Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan dalam perencanaan antara lain adalah :
-    Apa, dimana, kapan, apa prioritas
-    Sumber dana untuk pembiayaan
-    Jumlah dana yang tersedia dan alokasi dana
-    Jumlah tenaga tersedia dan yang membutuhkan lapangan kerja
-    Kelompok-kelompok penduduk paling memerlukan bantuan.
Prioritas-prioritas pembangunan sering berobah-obah tergantung dari perkembangan keadaan, usul-usul pembangunan yang dating dari berbagai pihak, seperti  anggota DPR, tokoh-tokoh politik, para pakar, prguruan tinggi, LSM dan kelompok-kelompok masyarakat. Semua usul-usul harus dipertimbangkan karena sering mempunyai implikasi politik, keamanan dan sosial.
Untuk melakukan perencanaan nasional, maka perlukan badan yang kompeten melakukan perencanaan yaitu Badan Perencaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Badan perencaan memperoleh masukan dari departemen-departemen (kementerian) dan dari badan perencanaan daerah propinsi dan kabupaten.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan nasional adalah:
1.    Syarat-syarat mutlak perlu mendapat prioritas tinggi. Tak ada faedahnya menyediakan faktor-faktor pelancar tanpa ada syarat-syarat mutlak.
2.    Apabila telah ada factor-faktor mutlak, maka faktor-faktor pelancar dapat dan perlu disediakan untuk menpercepat pembangunan pertanian. Tidak perlu faktor-faktor mutlak disediakan secara sempurna baru faktor pelancar tersedia.
3.    Hanya sebagian dari pembangunan pertanian dapat direncanakan. Produksi pertanian sebagian besar adalah tergantung pada petani demikian juga peningkat produktivitas dan pedagang dan pengolah juga melakukan banyak keputusan. Namun berdasarkan trend selama beberapa tahun dapat dilihat arah perkembangan dan pemerintah dapat mempengaruhi serta mempercepat arah perkembangan. Fungsi-fungsi mana yang dilakukan pemerintah dan swasta/petani atau gabungan pemerintah dan swasta ditentukan secara pragmatis agar fungsi-fungsi dspst dilakukan secara efisien dan efektif.
4.    Perencanaan harus dilakukan perdaerah. Selain perencanaan secara makro maka perencanaan perdaerah adalah sangat penting karena setiap wilayah mempunyai karakteristik tertentu seperti topografi, ketinggian diatas muka laut, letak kota-kota, sungai-sungai, gunung-gunung dan pelabuhan yang berbeda-beda. Untk itulah perencanaan pembangunan suatu wilayah pertanian perlu dilakukan dengan pertimbangan faktor-faktor tadi. Wilayah pertanian tidak sama batas-batasnya dengan wilayah administrasi seperti kabup[aten tetapi ditentukan oleh factor-faktor yang mempengaruhi pertanian seperti topografi, ketinggian diatas muka laut. Suatu wilayah pertanian dapat mengikuti satu DAS (Daerah Aliran Sungai), ekologi seperti ketinggian diatas muka laut dan kesamaan komoditi. Wilayah pertanian dengan kota-kota pusat pertumbuhan, pengolahan pertanian dan pelayanan usaha tani dapat disebut dengasn istilah Agropolitan, sehingga perencaan pengembangan suatu agropolitan adalah salah satu bentuk perencanaan perrtanian.
5.    Perencanaa pertanian dalam semua aspek secara menyeluruh mulai dari hulu ke hilir (pengadaan input, produksi usaha tani, pengolahan dan pemasaran) dan pembangunan faktor-faktor/jasa penunjang seperti penelitian, pendidikan, perkreditan, pengadaan prasarana dan kebijaksanaan pemerintah perlu diterapksan dalam perencanaan pertanian. Pembangunan seluruh aspek secara harmonis disebut dengan pembangunan sistem agribisnis.
6.    Perencanaan harus lebih di arahkan pada pembangunan/menaikkan rentabilitas usaha tani dari pada produksi, harga dan jumlah penerimaan adalah sangat penting dalam perencanaan.
7.    Dalam pembangunan pertanian sebagian memerlukan investasi jangka panjang dimana hasil diperoleh secara tenggang waktu tertentu (grace period). Oleh karenaq itu perencanaan jangka panjang perlu dilakukan.
8.    Perencanaan tidak selalu bersifat kuantitatif (angka-angka) tetapi juga mencakup relasi-relasi yang bersifat kualitatif. Misalnya peningkatan SDM petani, pengembangan pengetahuan dan organisasi petani tidak selalu dapat dinyatakan secara kuantitatif.
9.    Kegiatan-kegiatan tertentu harus dikoordinasikan secara lokal.
Ada 4 kebutuhan pembangunan pertanian yang harus dikoordinasi secara erat secara lokal yaitu:
a)    Tersedianya bahann-bahan dan alat-alat produksi
b)    Pengujian input-input secara lokal
c)    Pendidikan penyuluhan
d)    Kredit produksi
10.    Perencanaan harus mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan petani, meskipun perencanaan pembangunan tidak boleh didasarkan semata-mata atas keinginan petani.
11.    Perencaan harus mencakup penilaian terhadap hal-hal yang sedang dilaksanakan. Hal-hal yang harus dilasksanakan juga harus dinilai (evaluasia) secara mendalam menjadi bahan masukan dalam perencanaan. Hal-hal yang kurang berhasil tidak diulangi, atau diperbaiki, sedang hal-hal berhasil ditingkatkan atau diperluas.
12.    Perencanaan harus kontinu. Sebuah rencana tidak selalu menyelesaikan masalah sekaligus tetapi biasanya diperlukan berbagai perbaikan dan penyesuaian, misalnya akibat perkembangan teknologi, jumlah penduduk, jumlah penduduk di sektor pertanian, kebijaksanaan pertanahan seperti luas hak milik, HGU dan land reform, Rencana Tata Ruang harus dirobah atau disesuaikan pada periode-periode tertentu misalnya setiap 10 tahun.




Kesepuluh syarat di atas membentuk iklim yang serasi untuk pembangunan pertanian.
 Iklim ini kelak merangsang pertanian dengan prioritas pembangunan di sektor pertanian.

II. Sumber Daya Alam untuk Pertanian
Sumber daya alam (natural resources) adalah unsur-unsur lingkungan alam, baik fisik maupun hayati yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya.  Sumber daya alam ini dapat dibagi atas :
1.    Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat dipulihkan seperti tanah, air, hutan, padang rumput, populasi ikan  dan  tanaman.
2.    SDA tidak dapat dipulihkan seperti tambang minyak bumi, batu bara, gas bumi dan logam.
3.    SDA yang tak akan habis seperti energi matahari, energi pasang surut, udara dan air dalam siklus hidrologi.

III. Sumber Daya Manusia untuk Pembangunan Pertanian Modern.
Sumber Daya Manusia adalah fungsi orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan yang ada padanya. Oleh karena emansipasi manusia maka sumber daya alam dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya termasuk kebudayaannya.
Namun demikian, alam tidak menyediakan seluruh yang diinginkan oleh manusia, bahkan ada yang mernjadi penghambat untuk memperoleh manfaat alam tersebut. Hal tersebut kita sebut resistensi alam.
Hubungan antara manusia, kebudayaan dan alam.  Alam menganugerahkan yang dibutuhkan oleh manusia.  Anugerah tersebut tersedia berkat kemampuan manusia mengolahnya sesuai dengan factor lingkungan seperti iklim, topografi dan lain-lain.
Disamping itu, alam mempunyai resistensi yang harus diatasi oleh manusia untuk memperoleh manfaat yang optimal dari alam seperti banjir, hama penyakit, kekeringan, erosi, lokasi yang jauh dan lain-lain.
Manusia memiliki kemampuan yang dikembangkan melalui pendidikan, latihan, pengalaman, perbaikan kesehatan dan lain-lain.  Manusiapun mempunyai resistensi yaitu kurangnya melihat ke depan, mismanagemen, kebodohan dan ketamakan.  Kesulitan semakin kompleks dengan peradaban industri modern serta tekanan penduduk.
Kebudayaan itu menghasilkan alat untuk atau membantu menghasilkan seperti barang kebutuhan manusia.  Tujuan akhir adalah kesejahteraan umat manusia, adil dan makmur.





pengaruh em4 pada tanaman tomat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan komoditas pertanian yang ada hampir di seluruh dunia. Rasanya yang unik, yakni perpaduan rasa manis dan asam menjadikan tomat salah satu buah yang banyak digemari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan tomat memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi juga memiliki kandungan dan komposisi gizi yang tergolong lengkap (Redaksi AgroMedia, 2007).
Produksi tomat di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 4,65 % (626,872 ton) dengan luas lahan 52,719 ha, dan hasil rata-rata tomat sebesar 11,89 ton ha-1 (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2005). Sedangkan pada tahun 2005 produksi tomat meningkat menjadi 647,020 ton ha-1 dengan produktivitas sebesar 12,64 ton ha-1 (Deptan, 2005dikutip Redaksi AgroMedia, 2007). Hasil tersebut masih rendah dibanding dengan potensi tanaman tomat menggunakan mampu mencapai hasil 25 sampai 30 ton ha-1 (East West Seed Indonesia, PT., 2007). Dengan demikian upaya peningkatan hasil tanaman tomat per satuan luas perlu terus ditingkatkan.
Dalam mengejar sasaran peningkatan hasil tanaman tomat, petani dan pelaku pertanian seringkali menggunakan bahan kimia secara berlebihan. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida terbukti menimbulkan pencemaran baik pada tanah maupun produk pertanian, yang akhirnya dapat menurunkan kualitas lahan dan produksi pertanian serta mengganggu penggunaan bahan kimia dan memperbesar penggunaan bahan bahan organik atau pupuk untuk meningkatkan produksi dan kualitas produk pertanian (Anonim, 2000).
Penggunaan mikroorganisme efektif (EM) merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam usaha pengelolaan pertanian yang mampu mengurangi pengaruh negatif pada lingkungan (Anonim, 1997). EM terdiri atas kultur campuran mikroorganisme bermanfaat dan hidup secara alami serta dapat diterapkan sebagai inokulum untuk meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah dan tanaman (Higa dan Parr, 1997). Meningkatnya mikroorganisme tanah bermanfaat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Mikroorganisme tanah meningkatkan transformasi kimia selama proses dekomposisi, merombak polisakarida menjadi karbon dan air serta merangsang pelapukan sisa-sisa tanaman menjadi artikel yang lebih kecil (Solihah, 1995). Aplikasi EM-4 ada penanaman tomat memperlihatkan beberapa pengharuh antara lain perubahan fisik, biologis dan kimia tanah, menekan perkembangan populasi Trichoderma sp serta Penicillium sp, sebagai penekan perkembangan Fusarium sp., memperdalam lapisan olah tanah, meningkatkan agregasi tanah serta memacu pertumbuhan dan produksi tomat (Higa dan Wididanan, 1991bdalam Wididana, 1993). Makalah ini menginformasi hasil percobaan untuk mengetahui konsentrasi EM-4 terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tomat.



1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang dapat dikemukakan dari uraian pada latar belakang adalah : Apakah terjadi interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian EM- 4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari interaksi antara konsentrasi dan waktu pemberian EM-4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang agronomi. Selain itu agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan landasan dan bahan pertimbangan bagi petani atau instansi pemerintah yang terkait dalam usaha meningkatkan hasil tanaman tomat.
1.4 Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan sistem yang hidup karena dapat mengolah pupuk anorganik maupun organik yang diberikan menjadi unsur hara dalam bentuk yang tersedia maupun tidak tersedia bagi tanaman (Adiningsih, 1992). Salah satu pemegang kunci proses tersebut adalah keberadaan mikroba tanah yang mampu mentransformasi hara sedemikian rupa sehingga unsur hara tetap berada pada sistem tanah-tanaman dan dalam keadaan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Menurut Verma dan Battacharya (1992), di dalam usaha mengoptimalkan hasil tanaman, proses hayati di dalam tanah merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan bagi terciptanya kelancaran suplai hara. Kemampuan mikroba sebagai pentransformasi unsur hara, penghasil zat perangsang tumbuh dan pengendali penyakit tanaman dapat dipakai untuk meningkatkan suplai hara. EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM4 diaplikasikan sebagai inokulan pada bahan organik untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah maupun tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman. EM-4 mengandung bakteri 90% genus Lactobacillus dan genusAzotobacter serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik, Streptomycetes sp., ragi dan Actinomycetes. Cara kerja EM-4 di dalam tanah adalah dengan menyeimbangkan populasi mikroorganisme yang menguntungkan dan menekan populasi mikroorganisme yang merugikan. Pemberian EM-4 dengan dosis 8 L/ha per musim tanam, bila diaplikasikan dengan cara cara disemprotkan pada permukaan tanaman atau disiram pada permukaan tanah (Wididana, 1995).
Pengaruh pemberian EM-4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat akan berbeda-beda pada taraf konsentrasi dan interval waktu pemberian yang berbeda- beda. Konsentrasi menunjukan tingkat kepekatan bahan aktif yang berbeda dalam cairan semprot, pemberian EM-4 pada konsentrasi yang tepat disertai dengan interval waktu pemberian yang tepat pula, maka pertumbuhan dan hasil tanaman akan meningkat.
1.5 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran dapat diajukan hipotesis yaitu : Terjadi interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian EM-4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Tomat
Klasifikasi tanaman tomat menurut Linaeusdikutip Bernardinus dan Wahyu Wiryanta (2002) sebagai berikut :
Kingdom    : Plantae
Divisio    : Spermatophyta
Sub division    : Angiospermae Classis
Klas    : Dicotyledonae
Ordo    : Solanales
Familia    : Solanaceae
Genus    : Lycopersicon
Spesies    : Lycopersicon esculentum Mill.
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang bisa tumbuh menembus tanah, akar cabang, serta akar serabut (yang tumbuh kesamping yang bisa menyebar kesegala arah). Kemampuannya menembus lapisan tanahnya terbatas, yakni pada kedalaman 30 cm sampai 70 cm. sesuai dengan sifat perakarannya, tomat bisa tumbuh dengan baik di tanah yang gembur dan mengikat air (Redaksi AgroMedia, 2007).
Batang tanaman tomat berbentuk bulat, bercabang mulai dari ketiak daun yang berada dekat dengan tanah. Tinggi tanaman tomat mencapai dua sampai tiga meter. Sewaktu masih muda batangnya berbentuk bulat dan teksturnya lunak, tetapi setelah tua batangnya berubah menjadi bersudut dan bertekstur keras berkayu. Ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus di seluruh permukaannya (Bernardinus dan Wahyu Wiryanta, 2002).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20 sampai 30 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Di antara daun-daun yang bersirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau, dan berbulu (Redaksi AgroMedia, 2007)
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah lima sampai sepuluh bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kedudukan rangkaian bunga beragam, ada yang terletak di antara buku, pada ruas, ujung batang, atau ujung cabang. Kelopak bunga berjumlah enam, berujung runcing, dan berwarna hijau. Mahkota bunga berjumlah enam, bagian tangkalnya membentuk tabung pendek berwarna kuning. Bunga tomat adalah bunga sempurna, memiliki benang sari, bakal buah, kepala putik, dan tangkai putik. Benang sari terletak mengelilingi putik, bertangkai pendek dan berwarna kuning cerah. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup terjadi penyerbukan silang dengan bantuan serangga seperti lebah (Etti Purwati dan Khairunisa, 2007).
Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda (berbulu dan berasa getir) sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna cerah atau gelap, merah kekuning- kuningan, atau merah kehitaman. Diameter buah tomat antara 2 sampai 15 cm, tergantung varietasnya (Sastrahidayat, 1992).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan diselimuti daging buah. Warna biji ada yang putih, putih kekuningan, ada juga yang kecoklatan. Panjangnya 3 sampai 5 mm dan lebar 2 sampai 4 mm. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi tergantung pada varietas dan lingkungan. Biji inilah yang umumnya digunakan untuk perbanyakan tanaman (Etti Purwati dan Khairunisa, 2007).
Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik dataran tinggi maupun dataran rendah (tergantung varietasnya) dengan waktu tanam yang baik sebelum musim hujan berakhir (awal musim kemarau) namun sebagian besar sentra penanaman tomat berada di daerah dengan kisaran ketinggian 1.000-1.250 m dpl. Tanaman tomat yang sesuai untuk ditanam di dataran tinggi misalnya varietas Berlian, varietas Mutiara, varietas Kada. Sedangkan varietas yang sesuai di dataran rendah misalnya varietas Intan, varietas Ratna, varietas Berlian, varietas LV, varietas CLN. Selain itu, ada varietas tomat yang cocok di tanam di dataran rendah maupun dataran tinggi misalnya varietas GH 2, varietas GH 4, varietas Berlian, varietas Mutiara, varietas Marta (Bernardinus dan Wahyu Wiryanta, 2002).
Pada dasarnya bertanam tomat bisa dilakukan di segala jenis tanah. tanaman semusim ini biasa tumbuh di tanah Andosol, Regosol, Latosol, Ultisol, dan Grumosol. Jika tanah kurang subur atau sifatnya kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman tomat bisa dimanipulasi lewat pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Kondisi tanah yang paling cocok untuk bertanam tomat adalah lempung berpasir yang gembur dan banyak mengandung unsur hara. Jika tanah terlalu liat, strukturnya perlu diperbaiki lewat pemberian pupuk kandang atau pupuk kompos dengan takaran 20 sampai 30 ton ha-1. Curah hujan optimal untuk tanaman tomat adalah 100-200 mm per bulan. Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk perkecambahan benih tomat adalah 250 sampai 300C, sedangkan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 240 sampai 280 C. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 80 %. Sewaktu musim hujan, kelembaban akan meningkat dan resiko terserang bakteri dan cendawan cenderung tinggi (Bernardinus dan Wahyu Wiryanta, 2002).
Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air, akan tetapi tanaman tomat lebih menghendaki tanah yang gembur, kaya humus dan subur. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen, oleh karena itu drainase harus baik dan tidak menggenang. Kemasaman tanah (pH) berkisar 5,5 sampai 7,0 sangat cocok untuk budidaya tomat (Sastrahidayat, 1992).
2.2 Peranan Effective Mikroorganisme (EM-4) bagi Tanaman
Konsep dan teknologi EM-4 dalam bidang pertanian telah dilakukan secara mendalam oleh Teruo Higa di Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. Dalam skala luas EM-4 telah diterapkan oleh petani organik di Jepang, diteliti ke efektifannya di 15 negara termasuk Indonesia (Wididana dan Higa, 1996). EM-4 dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan cara :
1. Melarutkan kandungan unsur hara dari batuan induk yang kelarutannya rendah,
misalnya batuan fosfat.
2. Mereaksikan logam-logam berat dari senyawa-senyawa untuk menghambat
penyerapan logam berat tersebut oleh pertukaran tanaman.
3. Menyediakan molekul-molekul organik sederhana agar dapat diserap langsung
oleh tanaman, misalnya asam amino.
4.  Menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit
5. Memacu pertumbuhan tanaman dengan cara mengeluarkan zat pengatur tumbuh.
6. Memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah.
7. Memperbaiki dekompsisi bahan organik, residu tanaman serta memperbaiki daur ulang unsur hara.
Jika seluruh pengaruh yang menguntungkan tersebut bekerja secara sinergis, maka tanaman dapat menghasilkan secara optimal, walaupun tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida (Wididana, 1995). Di samping diterapkan pada tanah dan tanaman EM-4 juga dapat diterapkan dalam pengolahan limbah, memperbaiki tanah dasar tambak dan untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Wididana dan Higa (1996) cara kerja EM-4 adalah sebagai berikut :
1) Menekan pertumbuhan gulma
2) Mempercepat dekomposisi limbah dan sampah organik.
3) Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman.
4) Meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungan yaitu mikoriza dan senyawa organik pada tanaman
5) Memfiksasi nitrogen
6) Mengurangi kebutuhan pupuk kimia.
Dengan cara tersebut, EM-4 dapat mengatasi pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya tanaman sejenis secara terus menerus. Selain itu EM-4 ini merubah lingkungan jika diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu sebab EM-4 bukan merupakan mikroorganisme asing dan secara alami sudah terdapat di dalam tanah. Populasi EM-4 di alam akan diseimbangkan sesuai dengan lingkungan bahan organik, air, suhu, O2 dan lain-lain yang tersedia di dalam tanah (Wididana dan Higa, 1996).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EM-4 dapat memfermentasikan bahan organik yang terdapat di dalam tanah dengan melepaskan hasil fermentasi berupa alkohol, gula, vitamin, asam amino dan senyawa organik lainnya. Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk, sehingga serangga tidak tertarik untuk bertelur atau melepaskan telurnya di dalam tanah, sehingga tingkat serangan hama menjadi menurun, begitu pula pada EM-4 dapat menekan/menurunkan populasi nematoda parasi tanaman di dalam tanah (Wididana, 1995).
Menurut Wididana dan Higa (1996) jenis mikroorganisme yang terkandung dalam EM-4 sebagian besar terkandung genus Lactobacillus (bakteri asam laktat) serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik, streptomycaes dan ragi. EM-4 meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangan hama dan patogen.
Penelitian tentang EM-4 telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman dan kondisi agroekologis yang berbeda-beda. Hasilnya menunjukkan bahwa EM-4 memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.


















BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini merupakan percobaan lapangan yang dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo. Waktu percobaan dilaksanakan mulai bulan Juli 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010.
3.2. Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan benih tomat, EM-4, pupuk Urea, SP-36, KCl, fungisida Dithane M-45 80 WP dan air.. Alat-alat yang digunakan adalah ayakan, kotak persemaian, polybag, dan ajir.
3.3. Rancangan Percobaan
3.3.1 Rancangan Lingkungan
Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak
Lengkap yang terdiri dari dua faktor dan 10 ulangan.
3.3.2 Rancangan Perlakuan
Faktor pertama adalah konsentrasi EM-4 (A) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu :
A2 = 2 ml L-1 air
A5 = 5 ml L-1 air
A8 = 8 ml L-1 air
Faktor kedua adalah interval waktu pemberian EM-4 (B) yang terdiri atas 2 taraf,
yaitu:
B1 = Setiap minggu sejak tanam sampai waktu panen pertama
B2 = Setiap dua minggu sejak tanam sampai waktu panen pertama
3.3.3 Rancangan Respon
Pengamatan dilakukan terhadap variable tinggi tanaman, diameter batang, umur saat berbunga, jumlah tandan bunga tanaman-1, jumlah buah tanaman-1, diameter buah, panjang buah dan total berat buah.
3.3.4 Rancangan Analisis
Analisis hasil pengamatan diuji menggunakan metode statistik berdasarkan
model linier RAK pola faktorial sebagai berikut : Xijk = µ +αi +βj + (αβ )ij + eijk
Keterangan:
Xijk      : Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi  perlakuan ij (taraf ke-I dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B)
μ     : Rata-rata umum
αi     : Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A
βj     :Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B
(αβ )ij     : Interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
eijk     : Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij
Pelaksanaan percobaan
Persiapan media tanam dilakukan dengan mengambil tanah pada kedalaman 20 cm kemudian diberishkan dari sisa tanaman dan diayak dengan ayakan yang berukuran 0,4 x 0,4 cm. Campuran tanah dan pupuk kandang yang digunakan sebagai media tanam disterilisasi dengan menggunakan soil sterilizer untuk mencegah layu fusarium.
Pembenihan dilakukan dalam kotak persemaian yang terbuat dari kayu yang berukuran 40 cm x 30 cm x 20 cm (p x l x t). Setelah benih mempunyai 4 sampai 6 daun, kemudian dipindahkan ke polybag yang berisi campuran 5 kg tanah dan 0,5 kg pupuk kandang. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing diberikan tiga kali sebanyak 3 g/polibag pada saat tanaman berumur 7, 28 dan 49 hari setelah tanam (hst).
Larutan EM-4 disiramkan ke media tanam setiap minggu dan setiap dua minggu sesuai dengan perlakuan. Pemberian EM-4 dimulai sejak tanaman dipindahkan dari kotak persemaian ke polybag sampai waktu panen pertama (7 hst sampai dengan 56 hst).
Pemberian ajir dilakukan sebagai penegak tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah dan ketersediaan air bagi tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh. Pengendalian penyakit dilakukan secara kimia dengan menggunakan Dithane M-45 sesuai dosis anjuran. Setelah 60% kulit buah berwarna merah, buah dipanen dengan selang waktu 2 atau 3 hari sampai buah tidak layak panen. Setelah panen berakhir, tanaman dibongkar untuk keperluan pengamatan.
Perbedaan konsentrasi EM-4 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil seluruh tanaman yang diberi EM-4. Hal ini diduga karena pupuk kandang sapi yang digunakan merupakan bahan organik yang sudah mengalami pelapukan, sehingga sulit dicerna oleh mikroorganisme. Mikroorganisme cenderung menyukai bahan organik yang mudah dicerna (belum mengalami pelapukan). Higa (1992) dalam Wididana (1993) menyatakan bahwa populasi mikroorganisme akan menjadi lebih cepat pertumbuhannya dalam bahan organik yang belum mengalami dekomposisi sempurna.

pengaruh naungan terhadapa tanaman tomat


HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL    : PENGARUH BERBAGAI PEMBERIAN NAUNGAN  TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.)
NAMA    : ERWIN DWIANTO
NIM    : 0802406016
PROGRAM STUDI    : AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS    : PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
LAPORAN PRAKTEK INI DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT KELULUSAN MATA KULIAH PENGELOLAAN HARA TERPADU

DOSEN

MARHANI.SP





KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan yang berkaitan dengan Ekologi Tanaman dapat kami selesaikan tepat pada waktunya meski dalam bentuk yang jauh dari kesempurnaan.
Kami menyadari bahwa, penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.  Oleh karena itu, saran dan kritik yang bisa membangun sangat kami harapkan dalam penyempurnaan penulisan laporan dimasa yang akan datang.
Selain itu pula, penulisan laporan ini tidak akan mungkin selesai tepat pada waktunya apabila penulis tidak mendapat dukungan dari semua pihak.
Kami berharap laporan ini dapat diterima oleh semua pihak, utamanya oleh dosen bidang studi Ekologi Tanaman sebagai salah satu bukti penyelesaian tugas yang diberikan kepada kami.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas laporan ini dan semoga dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran.amin.

Palopo,  Januari 2012

    Penulis



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL    
HALAMAN PENGESAHAN    
KATA PENGANTAR    
DAFTAR ISI    
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang    
1.2.    Perumusan masalah
1.3.    Hipotesis    
1.4.    Tujuan dan Kegunaan    
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.)    
2.2. Respon tanaman terhadap cahaya matahari    
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat Dan Waktu    
3.2. Metode Percobaan    
3.3. Pelaksanaan Percobaan    
3.4. Parameter Pengamatan    
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil    
4.2. Pembahasan    
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan    
5.2. Saran    
DAFTAR PUSATAKA    
LAMPIRAN    
DOKUMENTASI    

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang
Tanaman tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya petani, selain itu tomat merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak digemari orang karena rasanya enak, segar dan sedikit asam.
Sentral produksi tanaman tomat di Indonesia adalah pulau Jawa, akan tetapi juga dikembangkan di luar pulau Jawa hampir di seluruh Indonesia. Di Sulawesi Selatan potensi lahan untuk tanaman tomat cukup baik. Sasaran pengembangannya diarahkan pada optimalisasi pemanfaatan lahan berdasarkan potensi yang dimiliki dan kesesuaian agroekologi.
Seiring dengan maraknya masyarakat untuk menanam tanaman tomat, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk tanaman hias, pada akhirnya akan menuntut teknik budidaya. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pemberian naungan yang berguna untuk melindungi tanaman tomat dari sinar terik matahari langsung. Pemberian naungan dapat dilakukan dengan cara membuat green house ataupun dengan menggunakan plastik mulsa atau kain.
1.2.     Perumusan masalah
Bagaimanakah perbedaan pertumbuhan tanaman tomat yang diletakkan dalam ruangan (kurang cahaya) dan tanaman tomat yang diletakkan di luar ruangan (yang mendapatkan banyak cahaya)?


1.3.    Hipotesis
Hipotesa penelitian ini adalah, jika tanaman tomat diletakkan di luar ruangan maka pertumbuhannya akan lebih lambat namun daunnya tampak lebih lebar, tebal, hijau tampak segar dan batang kecambah tampak lebih kokoh. Dan jika tanaman tomat diletakkan di dalam ruangan maka batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah, daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat tidak hijau.
1.4. Tujuan dan manfaat
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat.
2.     Manfaat
Manfaat yang kita ambil adalah kita dapat mengetahui pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan tanaman tomat.








BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.     Botani tanaman tomat
Sistematika tanaman tomat dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini :
A. Klasifikasi
Kingdom    : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi    : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas    : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas    : Asteridae
Ordo    : Solanales
Famili    : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus    : Solanum
Spesies    : Solanum lycopersicum L.
B. Morfologi tanaman tomat
1.    Akar
Tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus kedalam tanah dan akar serabuat yang tumbuh ke arah samping tetapi dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) akan dapat tumbuh dengan baik jika ditanam ditanah yang gembur dan porous.
2.    Batang
Batang tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambuat halus dan diantara bulu – bulu itu terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) berwarna hijau, pada ruas – ruas batang mengalami penebalan, dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar – akar pendek. Selain itu, batang tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.
3.    Daun
Daun tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan mambentuk celah – celah menyirip agak melengkung kedalam. Daun berwarna hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5 – 7. Ukuran daun sekitar (15 – 30 cm) x (10 x 25 cm) dengan panjang tangkai sekitar 3 – 6 cm. diantara daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1 – 2 daun yang berukuran kecil. Daun majemuk pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) tumbuh berselang seling atau tersusun spiral mengelilingi batang tanaman.
4.    Bunga
Bunga tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) berukuran kecil, berdiameter sekitar 2cm dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lain pada bunga tomat (Solanum lycopersicum L.) adalah mahkota bunga, yaitu bagian terindah dari bunga tomat (Solanum lycopersicum L.). Mahkota bunga tomat (Solanum lycopersicum L.) berwarna kuning cerah, berjumlah sekitar 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. bunga tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan bunga sempurna, karena benang sari atau tepung sari dan kepala benang sari atau kepala putik terletak pada bunga yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik berwarna sama dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah. Bunga tomat (Solanum lycopersicum L.) tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda.
5.    Buah
Buah tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki bentuk bervariasi, tergantung pada jenisnya. Ada buah tomat (Solanum lycopersicum L.) yang berbentuk bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval), dan bulat persegi. Ukuran buah tomat (Solanum lycopersicum L.) juga sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki berat 8 gram dan yang berukuran besar memiliki berat sampai 180 gram. Buah tomat (Solanum lycopersicum L.) yang masih muda berwarna hijau muda, bila sudah matang warnanya menjadi merah.
C. Tehnik Budidaya Tanaman Tomat
1.    Syarat Tumbuh
Tanaman tomat dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0 - 1.250 m dpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Tanah yang dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang banyak mengandung pasir. Dan, akan lebih disukai bila tanah itu banyak mengandung humus, gembur, sarang, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuknya adalah netral, yaitu sekitar 6 - 7.
2.    Penyiapan Lahan Bercocok Tanam Tomat
Untuk bercocok tanam tomat dipilih lahan gembur, subur dan sebaiknya sebelumnya tidak ditanami tomat atau tanaman satu famili, seperti : cabai, terong, tembakau dan kentang. Bila pH tanah rendah diberi kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam. Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal. Untuk drainase dibuat parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air. Berikan pupuk kandang sebanyak 10 - 20 ton/ha yang dicampur dengan tanah secara merata. Bila menggunakan mulsa plastik, tutup bedengan pada siang hari. Lubang tanam dibuat dengan jarak 60 x 80 cm atau 60 x 50 cm di atas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm. Sterilisasi tanah media dilakukan dengan memberikan bahan kimia Besamid 3 G dengan dosis 70 gram untuk media tanam sebanyak 1m3 atau menggunakan formalin 4%.
3.    Pengadaan Benih Tomat
Pengadaan benih tomat dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan membeli benih yang siap semai atau dengan membuat benih sendiri. Apabila pengadaan benih tomat dilakukan dengan cara membeli, hendaknya membeli di toko pertanian yang terpercaya menyediakan benih yang bermutu dan bersertifikat. Pengadaan benih yang dilakukan dengan membuat sendiri adalah sebagai berikut:
a) Pilih buah tomat dari tanaman tomat yang petumbuhannya dan produksinya yang bermutu baik. Buah yang dipilih adalah buah tomat yang telah masak dan tua dan masak di pohon. Buah sehat dan tidak terserang hama ataupun penyakit.
b) Buah setelah dipetik dibiarkan sampai merekah dan berair (2 - 3 hari).
c) Biji-biji diambil setelah buah tomat merekah dan cucilah dengan air bersih, kemudian dikeringkan sehingga kadar airnya paling tinggi 12%. Biji-biji tomat yang telah dikeringkan dapat langsung disemaikan atau disimpan terlebih dahulu dalam wadah, misalnya kaleng atau botol kering sambil menunggu saatnya untuk disemaikan.
4.    Pembibitan Tomat
Tanaman tomat berkembang biak secara generatif atau melalui biji, maka perbanyakan bibit tomat dilakukan dengan bijinya. Sebelum ditanam di kebun, biji-biji tomat sebaiknya disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Pemindahan bibit ke lapang dilakukan sewaktu bibit berumur 1 bulan atau daunnya telah berjumlah 4 helai. Varietas yang dianjurkan adalah varietas Gondol, Intan, Ratna dan Berlian. Kebutuhan benih 200 – 300 gram/ha.
5.    Penanaman
Bibit siap tanam berumur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6. Sehari sebelum penanaman sebaiknya bedengan diairi dahulu. Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru. Penyiraman dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal (Jawa : lilir), namun tidak berlebihan karena tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Ajir dipasang sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat.
6.    Pemupukan
Pupuk yang digunakan untuk 1 Ha adalah urea 150 kg, TSP 100 kg dan KCL 50 kg. Pemupukan TSP dan KCL diberikan pada saat tanam dan urea diberikan 14 hari setelah tanam sebanyak 75 kg dan sisanya 35 hari setelah tanam.
7.    Penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut gulma menggunakan tangan atau alat penyiang lainnya.
8.    Pengendalian hama dan penyakit tanaman tomat
Hama ulat yang menyerang tanaman muda dengan memotong batang dan tangkai adalah Agrotis ipsilon dapat disemprot dengan Hostathion 40 EC dan Dursban 20 ES. Hama Heliothis armigera yang menyerang buah menjadi bolong dapat diberantas dengan menggunakan Diasenon 60 EC. Rhizoktonia sp dan Pythium sp yang menyerang pesemaian dapat diberantas dengan Dhitane M-45. Penyakit busuk daun (Phytopthorasp) dapat diberantas dengan bubur bordeux. Penyakit layu dan virus keriting dikendalikan dengan mencabut tanaman yang terserang penyakit lalu dibakar.
9.    Panen Tomat
Panen tomat dilakukan sesuai dengan tujuan pemasarannya sehingga perlu diperhitungkan lama perjalanan sampai di tujuan. Sebaiknya tomat berada di pasaran pada saat masak penuh, tetapi tidak terlalu masak atau busuk. Pada saat masak penuh itulah tomat memperlihatkan penampilannya yang terbaik. Jika tujuan pemasaran adalah pasar lokal yang jaraknya tidak begitu jauh, dapat ditempuh dalam beberapa jam, panen sebaiknya dilakukan sewaktu buah masih berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan untuk pemasaran ke tempat yang jauh atau untuk di ekspor, buah sebaiknya dipetik sewaktu masih berwarna hijau, tetapi sudah tua benar. Atau 8-10 hari sebelum menjadi masak (berwarna merah). Umur petik tergantung varietas tomat yang ditanam dan kondisi tanaman. Umumnya buah tomat dapat dipanen pertama pada waktu berumur 2 atau 3 bulan setelah tanam.
Panen dilakukan beberapa kali, yaitu antara 10-15 kali pemetikan buah dengan selang 2-3 hari sekali. Pemetikan dapat dilakukan pagi atau sore hari. Dan, diusahakan buah yang dipetik tidak jatuh atau terluka. Karena hal ini dapat menurunkan kualitas dan dapat menjadi sumber masuknya bibit penyakit.
2.2. Respon tanaman terhadap cahaya matahari
1. Intensitas Cahaya.
Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari). Pengertian intensitas disini sudah termasuk didalamnya lama penyinaran, yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya menggunakan hari. Besarnya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tidak sama utuk setiap tempat dan waktu, karena tergantung :
a. Jarak antara matahari dan bumi, misalnya pada pagi dan sore hari intensitasnya lebih rendah dari pada siang hari karena jarak matahari lebih jauh. Juga di daerah sub tropis, intensitasnya lebih rendah dibanding daerah tropis. Demikian pula di puncak gunung intensitasnya (1,75 g.kal/cm2/menit) lebih tinggi dari pada di dataran rendah (di atas permukaan laut = 1,50 g.kal /cm2/menit).
b. Tergantung pada musim, misalnya pada musim hujan intensitasnya lebih rendah karena radiasi matahari yang jatuh sebagian diserap awan, sedangkan pada musim kemarau pada umumnya sedikit awan sehingga intensitasnya lebih tinggi.
c. Letak geografis, sebagai contoh daerah di lereng gunung sebelah utara/selatan berbeda dengan lereng sebelah timur/barat. Pada daerah tanaman menerima sinar matahari lebih sedikit dari pada sebelah utara/selatan karena lama penyinarannya lebih pendek disebabkan terhalang oleh gunung. Bahkan lereng sebelah barat dan timur itu sendiri juga sering terdapat perbedaan terutama pada musim hujan. Hal ini disebabkan karena musim hujan biasanya banyak sore hari sehingga lebih banyak awan dibanding pagi hari, akibatnya lereng sebelah barat yang baru meneroma sinar matahari sore hari akan mendapatkan radiasi dengan intensitas yang sangat rendah.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk membentuk karbohidrat. Semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimum). Untuk menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh. Namun demikian intensitas cahaya yang sampai pada permukaan kanopi tanaman sangat bervariasi, hal ini merupakan salah satu sebab potensi produksi tanaman aktual belum diketahui.
Kebutuhan cahaya untuk pertumbuhan tanaman tomat di waktu muda (tingkat anakan) berkisar antara 50 – 85 % dari cahaya total. Untuk jenis-jenis semitoleran naungan untuk anakan diperlukan sampai umur 1-2  bulan atau sampai tanaman mencapai tinggi 1 – 2 meter. Sedangkan untuk jenis-jenis toleran lebih lama lagi yaitu 3 – 4 bulan.
Suhardi (1995) mengemukakan tanaman tomat yang ditaruh, pada tempat penuh memberikan pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tempat cahaya masuk sebahagian. Dibandingkan dengan lama penyinaran dan jenis cahaya, intensitas cahaya merupakan faktor yang paling berperan terhadap kecepatan berjalannya fotosintesis.  Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampai intensitas 10.000 lux, grafik kecepatan fotosintesis bergerak linear positif. Data penelitian tersebut adalah untuk tanaman dewasa, sedangkan untuk tanaman muda (tingkat semai-sapihan) belum diperoleh data. Pengurangan intensitas sinar sampai 60% berpengaruh positif nyata terhadap pertumbuhan awal tinggi dan jumlah daun, serta diameter batang tanaman tomat.


BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan waktu   
Praktek ini dilaksanakan di green house Fakultas Pertanian, Universitas Cokroaminoto Palopo Jln. Sungai Rongkong pada bulan November 2011.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih tomat, tanah, pasir, pupuk bokashi, polybag ukuran 20 x 30 cm, kain kasa.
Alat yang dipakai adalah paku, martil, kayu, linggis, gembor, mistar, kain dan alat tulis menulis.
3.3. Metode Percobaan
Praktek ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan yang diulang sebanyak 12 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan. Dengan naungan sebagai berikut :
Po = tanpa naungan
P1 = 1 lapis naungan
P2 = 2 lapis naungan
P3 = 3 lapis naungan
3.4. Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan percobaan ini meliputi pembuatan naungan, persiapan media tanam, penyemaian, penanaman, pemeliharaan dan pengamatan.
Pembuatan naungan dilakukan dengan cara menyiapkan kayu sepanjang 1 meter kemudian buat lubang dengan menggunakan linggis, setelah lubang selesai dibuat tancapkan kayu lalu buat para-para berbentuk segi empat kemudian berikan naungan kain kasa jangan lupa dipaku supaya kain kasa tidak jatuh. Kemudian persiapan media tanam dilakukan dengan cara mencampurkan tanah, pasir, pupuk bokashi dengan perbandingan 1:1:1. Pencampuran ini dilakukan dengan menggunakan tangan, setelah semua bahan sudah tercampur dengan merata, kemudian masukkan kedalam polybag, selanjutnya media tanam tersebut disiram air sampai jenuh dan biarkan selama satu minggu tujuannya agar supaya mikroorganisme yang merugikan bagi tanah dan tanaman tomat akan mati, dan juga untuk memperlancar sistem aerasi didalam tanah.
Penyemaian dilakukan dengan cara merendam terlebih dahulu benih tomat selama 15 menit dan pilih benih yang tenggelam kemudian letakkan diatas pot secara merata setelah itu tutup dengan tanah.
Penanaman dilakukan pada saat bibit tomat sudah tumbuh pada tempat penyemaian, umur bibit tomat yang akan dipindahkan pada media tanam berkisar antara 3 minggu.
Pemindahan bibit tomat dari tempat penyemaian ke tempat media tanam dilakukan dengan cara mencabut satu per satu bibit tomat dengan hati-hati, jaga agar akar pada bibit tomat tidak terputus, setelah itu buat lubang diatas media tanam dengan kedalaman 5-10 cm lalu masukkan bibit tomat tersebut, tutup lubang tanam dengan tanah kemudian lakukan penyiraman.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan, penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi ataupun sore hari dengan menggunakan gembor. Penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh disekitar tanaman tomat, pengamatan dilakukan pada tiap 3 hari sekali untuk melihat pengaruh naungan terhadap pertumbuhan tanaman tomat.




3.5. Parameter Pengamatan
Komponen pertumbuhan yang diamati adalah :
1.    Tinggi tanaman (cm) tomat, diukur dari pangkal sampai titik tumbuh tiap 3 hari sekali.
2.    Jumlah daun (helai) tanaman tomat, dihitung jumlah daun yang terbentuk sempurna diamati tiap 3 hari sekali


















BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
A. Tabel Rata-rata tinggi tanaman tomat
Ulangan    Perlakuan
    Po    P1    P2    P3
U1    7,4    12,1    17,3    7,3
U2    8,1    12,4    27,8    8,0
U3    7,4    13,1    22,3    8,8
U4    8,2    15,5    23,1    6,3
U5    9,6    13,3    23,0    8,1
U6    8,9    15,0    26,4    7,8
U7    5,8    19,0    26,4    9,3
U8    7,4    17,0    18,1    10,7
U9    6,7    18,8    23,1    7,5
U10    8,2    13,1    22,3    9,8
U11    -    14,7    25,0    8,3
U12    -    21,8    23,4    7,7
Total    77,7    185,8    278,2    99,6
Rata-rata    7,8    14,9    23,0    8,4


Sumber : data primer diolah Januari 2012





B. Tabel rata-rata jumlah daun tanaman tomat
Ulangan    Perlakuan
    Po    P1    P2    P3
U1    7    10    11    6
U2    7    9    10    7
U3    7    11    10    8
U4    8    11    11    6
U5    8    11    10    8
U6    7    12    9    9
U7    7    13    9    7
U8    9    9    12    9
U9    7    11    10    8
U10    8    11    9    7
U11    -    12    8,0    8
U12    -    11    11    6
Total    75    131    120    89
Rata-rata    8    11    10    8


Sumber : data primer diolah Januari 2012
B. Pembahasan
Pemberian naungan pada tiap perlakuan tanaman tomat menunjukkan hasil yang berbeda, pada naungan yang menggunakan kain 1 lapis (P1) menunjukkan hasil yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman tomat, sedangkan pada naungan yang menggunakan kain 2 lapis (P2) juga sama menunjukkan hasil yang nyata, bila dibandingkan dengan pemberian naungan kain 3 lapis (P3) sangat sedikit menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Hal ini mungkin didasari dengan pertumbuhan tanaman tomat yang menginginkan suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 23°C pada siang hari, sehingga dengan adanya perlakuan pemberian naungan 1 dan 2 lapis kain merupakan suhu yang tepat untuk perkembangan tanaman tomat.
Dilihat dari diagram rata-rata jumlah daun tanaman tomat, yang menunjukkan pengaruh perkembangan jumlah daun dibandingkan dengan Po (kontrol), yakni pada P1 (1 lapis kain) dan P2 (2 lapis kain) dimana pada P1 dan P2 memberikan pengaruh yang nampak terhadap pertumbuhan jumlah daun, sedangkan pada P3 tidak menunjukkan pengaruh apapun.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.    Kesimpulan
1.    Hasil percobaan menunjukkan bahwa:
a.    Tanaman di dalam ruangan mengalami pertumbuhan lebih cepat dan mempunyai batang yang lebih tinggi, daunnya berukuran kecil, tipis, berwarna pucat, batang melengkung dan tidak kokoh.
b.    Tanaman di luar ruangan pertumbuhannya lebih lambat, daunnya lebih lebar dan tebal, berwarna hijau, batang tegak dan kokoh.
c.    Cahaya merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.
5.2. Saran
a. Dalam praktik ini sebaiknya didampingi dosen yang bersangkutan, sehingga mahasiswa dapat bekerja lebih serius lagi.
b. Sebaiknya percobaan dilakukan dalam waktu yang lebih lama agar terlihat lebih jelas dan lebih detail dalam menyimpulkan perbedaan antara tumbuhan yang cukup cahaya dan kurang cahaya matahari. 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Botani dan Morfologi Tanaman Tomat. Universitas Sumatera Utara.
Anonim, 2011. Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Tomat. Diakses di http://mukegile08.wordpress.com/category/sistematika-dan-morfologi-tanamantomat/
Anonim, 2001. Pengaruh Cahaya Terhadap Tanaman Tomat. IPB. Bogor.
Sihotang B., 2010. Budidaya Tanaman Tomat. Diakses di http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/tomat/page-1&2.

Marlina V, enni. 2004. Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat. Proposal Skripsi Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi: Jambi.

LAMPIRAN
A.    Tabel pengamatan kontrol tinggi tanaman tomat tanpa naungan
Perlakuan    Ulangan    Pengamatan    Total    Rata-rata
        1    2    3    4    5    6       
Po    U1    5,5    6    6,9    7    8,9    10    44,3    7,4
    U2    5,7    7    7,7    8,4    9,5    10,4    48,7    8,1
    U3    4,9    5,3    6    7,9    9    11,3    44,4    7,4
    U4    5    6,4    7,2    8,5    10,7    11,5    49,3    8,2
    U5    6,4    7,9    9,2    10    11,6    12,5    57,6    9,6
    U6    6,7    7,2    8,4    8,9    10,6    11,8    53,6    8,9
    U7    3,2    3,9    5,5    6,2    7,4    8,6    34,8    5,8
    U8    4,4    5    6,9    8,2    9    11    44,5    7,4
    U9    4,7    5,3    6    6,6    8,2    9,4    40,2    6,7
    U10    5    6,7    7,4    9,2    10    10,8    49,1    8,2
Sumber : data primer diolah januari 2012
B.    Tabel pengamatan tinggi tanaman tomat dengan menggunakan naungan 1 lapis kain
Perlakuan    Ulangan    Pengamatan    Total    Rata-rata
        1    2    3    4    5    6       
P1    U1    14,5    15,1    16    17,8    19,5    21    103,9    17,3
    U2    18    19,6    30,2    30,8    32    36    166,6    27,8
    U3    15,3    17,2    18    25    27,3    31    133,8    22,3
    U4    14,8    16,5    18    26    30,1    33    138,4    23,1
    U5    15    16,3    18,3    27    30,2    31    137,8    23,0
    U6    17    19,7    22,4    26,3    34    39    158,4    26,4
    U7    16    20,7    23,6    27,9    32,4    38    158,6    26,4
    U8    12,6    15,6    17,4    18,6    20,3    24    108,5    18,1
    U9    13,5    17,4    22,4    26    28,4    31    138,7    23,1
    U10    14,6    18,6    20,2    23,1    27,3    30    133,8    22,3
    U11    14,6    16,9    22    28    32,5    36    150    25,0
    U12    18    20,2    21    24,9    27,3    29    140,4    23,4
Sumber : data primer diolah januari 2012




C. Tabel pengamatan tinggi tanaman tomat dengan menggunakan naungan 2 lapis kain
Perlakuan    Ulangan    Pengamatan    Total    Rata-rata
        1    2    3    4    5    6       
P2    1    9    9.5    10.5    13    14.5    16    72.5    12.1
    2    8    8.5    9.5    13    16    19.5    74.5    12.4
    3    8.5    9    10.3    14    16.5    20    78.3    13.1
    4    11    12    13    15    18    24    93    15.5
    5    9    10    12.5    15    16    17.5    80    13.3
    6    12.5    13    13.5    15.5    17    18.5    90    15.0
    7    14.5    15    16.5    19    23.5    25.5    114    19.0
    8    10    11.5    14.5    17    24    25    102    17.0
    9    13.5    14.3    17.5    19    23    25.5    112.8    18.8
    10    10    11.5    12.5    13.3    14.5    17    78.8    13.1
    11    9.5    10.5    13    15.6    16.5    23    88.1    14.7
    12    16.5    17.6    19.5    22.3    24    31    130.9    21.8
Sumber : data primer diolah januari 2012
D. Tabel pengamatan tinggi tanaman tomat dengan menggunakan naungan 3 lapis kain
Perlakuan    Ulangan    Pengamatan    Total    Rata-rata
        1    2    3    4    5    6       
P3    U1    4,3    5,7    6    8,2    9,1    10,5    43,8    7,3
    U2    4,7    6,5    7,5    8,9    9,7    10,9    48,2    8,0
    U3    6,3    7,2    8,5    9    10,2    11,7    52,9    8,8
    U4    3    4,6    5,2    7,4    8,3    9,5    38    6,3
    U5    6,6    7    7,9    8,4    9    9,9    48,8    8,1
    U6    5,5    6,4    7    8,2    9,4    10,5    47    7,8
    U7    6,9    7,9    8,4    9,9    10,8    11,7    55,6    9,3
    U8    7,8    8,9    10,7    11,9    12    12,9    64,2    10,7
    U9    5,9    6,4    7    7,9    8,1    9,5    44,8    7,5
    U10    7,9    8    8,9    9,4    11,9    12,6    58,7    9,8
    U11    4,2    5,9    8,5    9,1    10,6    11,4    49,7    8,3
    U12    5,2    6    6,9    7,9    9    10,9    45,9    7,7
Sumber : data primer diolah januari 2012




E. Tabel pengamatan kontrol jumlah daun tanaman tomat
Perlakuan    Ulangan    Pengamatan    Total    Rata-rata
        1    2    3    4    5    6       
Po    U1    5    4    6    7    8    9    39    7
    U2    4    6    7    8    8    10    43    7
    U3    4    6    7    8    8    10    43    7
    U4    5    6    8    8    9    11    47    8
    U5    5    6    8    8    9    11    47    8
    U6    4    5    7    7    8    10    41    7
    U7    4    5    6    8    9    10    42    7
    U8    6    7    9    9    10    10    51    9
    U9    5    4    6    7    8    9    39    7
    U10    5    7    8    9    10    11    50    8
Sumber : data primer diolah januari 2012
F. Tabel pengamatan jumlah daun menggunakan naungan 1 lapis kain
Perlakuan    Ulangan    Pengamatan    Total    Rata-rata
        1    2    3    4    5    6       
P1    U1    9    10    11    10    11    10    61    10
    U2    6    7    9    8    10    15    55    9
    U3    9    10    11    10    12    12    64    11
    U4    9    10    11    11    12    13    66    11
    U5    9    11    12    12    10    10    64    11
    U6    10    11    12    11    13    15    72    12
    U7    11    12    13    12    13    14    75    13
    U8    8    9    10    10    9    8    54    9
    U9    9    10    11    10    12    13    65    11
    U10    9    10    11    12    12    13    67    11
    U11    10    12    13    11    12    13    71    12
    U12    9    10    12    10    11    11    63    11
Sumber : data primer diolah januari 2012





G. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman tomat menggunakan naungan 2 lapis kain
Perlakuan    Ulangan    Pengamatan    Total    Rata-rata
        1    2    3    4    5    6       
P2    1    8    9    9    11    13    15    65    11
    2    8    9    10    10    11    12    60    10
    3    7    8    9    10    11    12    57    10
    4    7    8    9    11    13    16    64    11
    5    7    9    11    11    12    12    62    10
    6    7    8    8    9    10    12    54    9
    7    5    7    8    10    11    12    53    9
    8    9    10    10    12    13    15    69    12
    9    6    8    8    10    12    13    57    10
    10    7    8    8    10    11    12    56    9
    11    5    7    8    9    10    11    50    8
    12    7    9    10    12    13    16    67    11
Sumber : data primer diolah januari 2012
H. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman tomat menggunakan naungan 3 lapis kain
Perlakuan    Ulangan    Pengamatan    Total    Rata-rata
        1    2    3    4    5    6       
P3    U1    4    4    6    6    8    8    36    6
    U2    5    6    6    7    7    8    39    7
    U3    5    6    8    9    9    10    47    8
    U4    4    5    6    6    8    9    38    6
    U5    6    7    8    8    9    10    48    8
    U6    5    7    8    9    11    12    52    9
    U7    4    6    7    8    8    10    43    7
    U8    5    7    8    9    10    12    51    9
    U9    6    6    7    8    10    10    47    8
    U10    4    6    7    8    8    9    42    7
    U11    5    7    8    9    9    10    48    8
    U12    4    4    6    6    8    8    36    6
Sumber : data primer diolah januari 2012